Sabtu, 01 Desember 2012

Laporan Variasi Kontinyu


LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
VARIASI KONTINYU







Oleh :
Nama
:
Tanti Oktapianti
NRP
:
123020025
Kelompok
:
A
No. Meja
:
12(Dua Belas)
Tanggal Percobaan
:
24 Oktober 2012
Asisten
:
Galuh Permata Sari












LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2012
VARIASI KONTINYU
Tanti Oktapianti
123020025
Asisten : Galuh Permata Sari
Tujuan Percobaan :  Untuk mengamati reaksi kimia yang kualitas molar totalnya sama, tetapi kuantitas masing-masing pereaksinya berubah-ubah. Dan untuk meramalkan atau menentukan stoikiometri sistem suatu reaksi, serta menentukan titik maksimum dan minimum stoikiometri dalam reaksi.
Prinsip Percobaan : berdasarkan metode variasi kontinyu yaitu melakukan sederet pengamatan dengan jumlah tiap pereaksinya berubah-ubah, tetapi jumlah molar totalnya sama. Dan berdasarkan pada teori stoikiometri (Benjamin Richter 1762-1802) yaitu ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan jumlah.
Metode Percobaan :
Sistem NaOH 0,1 M dan CH3COOH 1 M




 Sistem K2CrO4 2 M dan AgNO3 0,01M











Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Sistem NaOH 0,1 M dan CH3COOH 1 M
1.      5 ml NaOH (280C)  + 25 ml CH3COOH (26,50C)
2.      10 ml NaOH (26,50C) + 20 ml CH3COOH (270C)
3.      15 ml NaOH (270C) + 15 ml CH3COOH (270C)
4.      20 ml NaOH (260C) + 10 ml CH3COOH (260C)
5.      25 ml NaOH (240C) + 5 ml CH3COOH (240C)
No
V NaOH 0,1M
V CH3COOH 1 M
TM
TA
∆T
Mmol NaOH
Mmol CH3COOH
Mmol NaOH/mmol CH3COOH
1.
5 ml
25 ml
27,250C
270C
0,25
0,5 mmol
25 mmol
0,02 mmol
2.
10 ml
20 ml
26,250C
280C
1,25
1 mmol
20 mmol
0,05 mmol
3.
15 ml
15 ml
270C
270C
0,5
1,5 mmol
15 mmol
0,1 mmol
4.
20 ml
10 ml
260C
26,50C
0,5
2 mmol
10 mmol
0,2 mmol
5.
25 ml
5 ml
240C
24,90C
0,9
2,5 mmol
5 mmol
0,5 mmol


Sistem K2CrO4 2 M dan AgNO3 0,01M
1.      5 ml K2CrO4 (260C)  + 25 ml AgNO3 (25,50C)
2.      10 ml K2CrO4 (270C) + 20 ml AgNO3 (270C)
3.      15 ml K2CrO4 (260C) + 15 ml AgNO3 (25,50C)
4.      20 ml K2CrO4 (280C) + 10 ml AgNO3 (270C)
5.      25 ml K2CrO4 (270C) + 5 ml AgNO3 (280C)
No
V K2CrO4 2 M
V AgNO3 0,01M
TM
TA
∆T
Mmol K2CrO4
Mmol AgNO3
Mmol AgNO3 /mmol K2CrO4
1.
5 ml
25 ml
25,750C
260C
0,25
1 mmol
0,025 mmol
0,025mmol
2.
10 ml
20 ml
270C
27,50C
0,5
2 mmol
0,02 mmol
0,01 mmol
3.
15 ml
15 ml
25,750C
270C
1,25
3 mmol
0,015 mmol
0, 005mmol
4.
20 ml
10 ml
27,50C
280C
0,5
4 mmol
0,01 mmol
0,0025mmol
5.
25 ml
5 ml
27,50C
280C
0,5
5 mmol
0,005 mmol
0,001 mmol

G

Pembahasan :
Variasi kontinyu adalah cabang ilmu kimia yang memperlajari kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reski kimia. Variasi kontinyu merupakan metode untuk mempermudah kita mempelajari stoikiometri sistem. Stoikiometri adalah perhitungan yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia.
Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
1.      Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)
2.      Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit
3.      Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak
4.       Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal, persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm), dll.
Molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. 
Normalitas (N) merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Mol-ekivalen :
Asam/basa: jumlah mol proton/OH- yang diperlukan untuk menetralisir suatu asam / basa.
Contoh :
1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton;
1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1 mol-ekivalen; Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N
Redoks : jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau mereduksi suatu unsur
Contoh :
1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol elektron untuk menjadi Fe;
1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekivalen;
Fe+3 1 M = Fe+3 3 N atau Fe2O3 6 N
Molalitas (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Larutan atau campuran dalam percobaan ini dibagi menjadi dua larutan, yaitu :
Larutan Homogen, yaitu larutan yang sifat-sifatnya selalu seragam. Berarti bahwa, bila kita memeriksa sedikit bagian dari larutan natrium klorida dalam air, sifat-sifat akan sama dengan bagian lain dari larutan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa larutan terdiri dari satu fasa yang berarti sistem yang mempunyai suatu sifat dan komposisi yang sama. Larutan Heterogen, yaitu larutan yang sifat-sifatnya tak seragam (tak rata). Contohnya adalah minyak dan air. Bila kita mengambil sample dari larutan ini akan kita dapatkan sebagian campuran akan mempunyai sifat minyak. Sedangkan sebgaian lain mempunyai sifat air. Maka campuran ini terdiri dari dua fasa yaitu minyak dan air. (Brady, 1999). Campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana semua zat memiliki susunan yang seragam, sehingga sulit dibedakan antara komponen zat yang satu dengan yang lainnya. Campuran homogen dalam kehidupan sehari-hari biasa dikenal dengan larutan. Contoh: Larutan gula (campuran antara air dan gula), larutan garam (campuran antara air dan garam), soft drink, larutan teh dan susu.  Campuran heterogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana zat penyusunnya tidak sama atau tidak seragam sehingga masih bisa dibedakan antara partikel-partikel zat penyusunnya. Contoh: campuran antara tanah dan kerikil, batu granit, beton, air sungai, campuran pasir dan air.
Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut. Data yang didapatkan, dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur dengan mmol CH3COOH/mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol AgNO3/mmol K2CrO4. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan temperatur suatu larutan.  Sehingga dapat diketahui pada suhu dan mmol berapa yang menjadi titik minimum dan maksimum stoikiometri.  Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel. Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu pembagian dari mmol kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu selisih antara Takhir dikurangi Tmula.
Percobaan dari sistem NaOH- CH3COOH didapatkan hasil yaitu, pada larutan NaOH 0,1M yang volumenya berturut-turut 25, 20, 15, 10, dan 5 ml dengan larutan CH3COOH 1M yang volumenya berturut-turut 5, 10, 15, 20, dan 25 ml memiliki temperatur awal (TM) berturut-turut 25,750C, 270C, 25,750C, 27,50C dan 27,50C. Setelah kedua larutan dicampur dan diukur temperaturnya sebagai temperatur akhir didapat TA secara berturut-turut 270C, 280C, 270C, 26,50C dan 24,90C. Setelah itu dicatat perubahan suhu yang terjadi pada kedua campuran larutan tersebut, didapat T secara berturut-turut, 0,250C, 1,250C, 0,50C, 0,50C dan 0,90C. Mmol NaOH secara berturut-turut yaitu, 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 mmol. Mmol CH3COOH secara berturut-turut, 25, 20, 15, 10, 5 mmol. Perbandingan antara kedua mmol campuran tersebut secara berturut-turut yaitu, 0,02; 0,05; 0,1; 0,2; 0,5 mmol.
Percobaan dari sistem K2CrO4-AgNO3 didapatkan hasil yaitu, pada larutan K2CrO4 0,1M yang volumenya berturut-turut 25, 20, 15, 10, dan 5 ml dengan larutan AgNO3 1M yang volumenya berturut-turut 5, 10, 15, 20, dan 25 ml memiliki temperatur awal (TM) berturut-turut 27,250C, 26,250C, 270C, 260C dan 240C. Setelah kedua larutan dicampur dan diukur temperaturnya sebagai temperatur akhir didapat TA secara berturut-turut 260C, 27,50C, 270C, 280C dan 280C. Setelah itu dicatat perubahan suhu yang terjadi pada kedua campuran larutan tersebut, didapat T secara berturut-turut, 0,250C, 0,50C, 1,250C, 0,50C dan 0,50C. Mmol K2CrO4 secara berturut-turut yaitu, 1, 2, 3, 4 dan 5 mmol. Mmol AgNO3 secara berturut-turut, 0,025; 0,02; 0,015, 0,01, 0,005 mmol. Perbandingan antara kedua mmol campuran tersebut secara berturut-turut yaitu, 0,025; 0,01; 0,005; 0,0025; 0,001 mmol.
Dari percobaan diatas, praktikan dapat mengetahui titik maksimum dan titik minimum suatu hasil reaksi. Titik maksimum menyatakan dimana suatu larutan tepat bereaksi bila kedua larutan itu dicampurkan. Titik minimum menyatakan dimana suatu larutan tepat habis bereaksi. Pada sistem NaOH- CH3COOH  memiliki titik maksimum di kordinat (0,05 ; 1,25) dan titik minimum di kordinat (0,02 ; 0,25) sedangkan pada sistem K2CrO4-AgNO3 titik maksimum berada di kordinat (0,005 ; 1,25) dan titik minimum di kordinat (0,025 ; 0,25).
Percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan masih terdapat kesalahan. Faktor kesalahannya yaitu dalam melakukan percobaan praktikan terdapat kesalahan dalam menggunakan termometer, Yakni termometer menyentuh dasar gelas kimia sehingga mempengaruhi pengukuran temperatur dari larutan yang diukur. Selain itu pipet yang digunakan untuk mengambil larutan dipakai bersama. Contohnya, pipet yang digunakan untuk mengambil larutan NaOH juga digunakan dalam mengambil larutan CH3COOH, sehingga, larutan menjadi tercampur. Praktikan juga kurang teliti dalam membaca termometer.
Kesimpulan :
Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan kita dapat menarik kesimpulan yaitu reaksi pada sistem NaOH-CH3COOH mencapai titik maksimum pada koordinat (0,05 ; 1,25) dan titik minimumnya pada (0,02 ; 0,25) pada perubahan temperatur (∆T = 0,250C). Sedangkan titik maksimum pada sistem K2CrO4-AgNO3 terdapat pada titik (0,005 ; 1,25) dan titik minimumnya pada titik (0,025 ; 0,25).
Setelah melakukan percobaan, masih terjadi kesalahan dikarenakan oleh beberapa faktor seprti saat mengghunakan termometer yang menyentuh dasar gelas kimia sehingga mempengaruhi pengukuran temperatur.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.VariasiaKontinu.http://mayouame.blogspot.com/2012/05/variasi-konti nu.html.Access:25 November 2012.
Anonim.2012.Konsentrasi Larutan.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/ kelas_x/konsentrasi-larutan-2/.Access:26 November 2012.
Anonim.2012.Perbedaan Larutan Homogen dan Heterogen. http://infoterbaruter len gkap.blogspot.com/2012/09/perbedaan-campuran-homogen-dan.html.Access:27 November 2012.
Brady, E. James. (1999), Kimia Universitas Asas dan Struktur, Binapura Aksara : Jakarta.
Sutrisno, E.T. dan Nurminabari, I.S.2010.Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Pasundan : Bandung.

1 komentar: