Rabu, 05 Desember 2012

Laporan Analisis Kuantitatif dan Pemgukuran pH


LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN pH







Oleh :
Nama
:
Tanti Oktapianti
NRP
:
123020025
Kelompok
:
A
No. Meja
:
12(Dua Belas)
Tanggal Percobaan
:
1 Desember 2012
Asisten
:
Galuh Permata Sari








  


LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2012



ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN pH
Tanti Oktapianti
123020025
Asisten : Galuh Permata Sari
Tujuan Percobaan :
1.    Untuk mengetahui normalitas, molaritas dan persen suatu zat larutan.
2.    Mengetahui jenis larutan baku dan mengetahui cara membuat larutan baku.
3.    Menentukan konsentrasi suatu zat dengan metode volumetrik yaitu asidimetri dan alkalimetri.
4.    Mengetahui jenis larutan indikator
Prinsip Percobaan : Berdasarkan teori asam-basa Arrhenius
1.        Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam larutan.
2.        Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam larutan.
Berdasarkan teori asam-basa Bronsted-Lowry
1.        Asam adalah donor proton.
2.        Basa adalah akseptor proton.
Berdasarkan teori Lewis
1.        Asam adalah senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas.
2.        Basa adalah senyawa yang dapat memberi pasangan elektron bebas.


  
Metode Percobaan :
1.      Buret cuci bersih, kemudian tambahkan 50 ml NaOH
2.      Masukkan masing-masing larutan yang akan dianalisa ke dalam dua labu titrasi 250 ml.
A.     Alkalimetri
1.       
2.
3.

B.     Asidimetri
1.
2.
3.

C.     Pengukuran pH
1.      Menggunakan kertas lakmus
Masukkan kertas lakmus ke dalam  tiap sample. Diamati perubahan warna pada lakmus.
2.      Menggunakan indikator universal
Celupkan indikator universal ke dalam tiap larutan. Amati warna yang terdapat pada indikator dan cocokkan pada skala indikasi.
3.      Menggunakan pH meter
Masukkan ujung pH meter ke dalam larutan dan lihat skala digital pada layar pH meter.



Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1.      Alkalimetri
a)      Menentukan konsentrasi larutan HCl oleh Na2B4OP7.10H2O
N Na2B4OP7.10H2O =  x
                         0,05 =  x
        0,05 x 100,61 = 4 gr
                           gr = 1,257 gram



Data Titrasi
I
II
Akhir
12,40
21,10
Awal
3,80
12,40
Pemakaian
8,60
8,70
Rata-rata
8,65

V Na2B4OP7 = 25 ml
V NaOH = 8,65
Vb.Nb = Vs.Vs
25 x 0,05 = 8,65 x Ns
1,25 = 8,65 Ns
Ns = 0,1 N
b)      Menentukan konsentrasi NaOH oleh larutan HCl
Data Titrasi
I
II
Akhir
26,00
26,00
Awal
0,00
0,00
Pemakaian
26,00
26,00
Rata-rata
26,00

V HCl = 26 ml
V NaOH = 25 ml
NaOH = HCl
V1.N1 = V2.N2
25 x 0,1 = 26 x N2
2,5 = 26 N2
N2 = 0,1 N
c)      Menentukan kadar asam asetat oleh larutan NaOH
% asam asetat =
                      =
                      = 2,076 %



2.      Asidimetri
a)      NaOH dengan H2C2O4
50 ml NaOH xN,
25 ml H2C2O4 0,1 M
+ 2 tetes PP

NaOH = H2C2O4
V1.N1 = V2.N2
21,6 x N1 = 25 x 0,1
21,6 N1 = 2,5
N1 = 0,1 N
1)      TAT = 21,5
2)      TAT = 21,7

b)      NaOH dengan HCl
50 ml NaOH xN,
25 ml HCl xN
+ 2 tetes PP

NaOH = HCl
V1.N1 = V2.N2
29,45 x 0,1 = 25 x N2
2,945 = 25 N2
N2 = 0,1 N
1)      TAT = 29,5
2)      TAT = 29,4

c)      NaOH dengan CH3COOH
50 ml NaOH xN,
25 ml CH3COOH
+ 2 tetes PP
NaOH = CH3COOH
V1.N1 = V2.N2
8,05 x 0,1 = 25 x N2
0,805 = 25 N2
N2 = 0,03 N
1)      TAT = 8
2)      TAT = 8,1

% cuka =   x 100%
            =   x 100%
          =  x 100%
          = 0,0773 x 100%
            = 7,73% cuka
3.      Pengukuran pH
Sampel
Kertas Lakmus
Indikator Universal
pH Meter
Ket.
A
Lakmus Merah-Biru, Lakmus Biru-Biru
pH = 14
pH = 12,97
Basa
B
Lakmus Merah-Merah, Lakmus Biru-Merah
pH = 7
pH = 7,97
Netral
C
Lakmus Merah-Merah, Lakmus Biru-Merah
pH = 2
pH = 0,84
Asam



Pembahasan :
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi  yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis.Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
 Metoda titrasi dapat digolongkan dalam 3 macam penggolongan yaitu:
Penggolongan titrasi berdasarkan cara titrasinya :
1.        Titrasi langsung : dilakukan dengan mereaksikan langsung zat uji dengan larutan baku.
2.        Titrasi kembali : dilakukan dengan cara penambahan sejumlah larutan titran berlebih ke dalam larutan zat uji kemudian kelebihannya dititrasi dengan titran yang cocok. Dilakukan untuk reaksi titrasi yang berlangsung lambat atau tidak ada indikator yang cocok.
Penggolongan titrasi berdasarkan jumlah sampel :
1.        Titrasi makro : jumlah sampel 100 – 1000 mg, volume titran 10 – 100 ml, ketelitian buret 0,02 ml.
2.        Titrasi semi mikro : jumlah sampel 10 – 100 mg, volume titran 1 – 10 ml, ketelitian buret 0,001 ml.
3.        Titrasi mikro : jumlah sampel 1 – 10 mg, volume titran 0,1 – 1 ml, ketelitian buret 0,001 ml.
Penggolongan titrasi berdasarkan reaksi kimia :
1.        Reaksi asam-basa (asidi-alkalimetri = netralisasi) : penetapan kadar berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam atau basa, baik dalam lingkungan air ataupun dalam lingkungan bebas air (TBA=titrasi bebas air).
2.        Reaksi oksidasi-reduksi (redoks):penetapan kadar berdasarkan pada perpindahan elektron.
3.        Reaksi pengendapan (presipitasi) : penetapan kadar berdasarkan terjadinya endapan yang sukar larut, contohnyaargentometri.
4.        Reaksi pembentukan kompleks : penetapan kadar berdasarkan terjadinya pembentukan kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks.
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi (TAT) adalah kondisi dimana terjadi perubahan warna dari indikator larutan. Sedangkan Titik ekivalensi didefinisikan pada saat muncul warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang di titrasi.
Titik ekuivalen titrasi (TET) adalah kondisi saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. TET didefinisikan pada saat perubahan warna yang pertama kali terlihat (muncul). TET lebih dahulu terbentuk daripada TAT.
TAT adalah saat dimana indikator berubah warna, dan perubahan ini akan terjadi bila dalam Erlenmeyer terdapat titran yang berlebih. Titran bisa berlebih karena sample sudah tidak ada lagi (habis bereaksi) atau dengan kata lain TE sudah tercapai. Kelebihan titran ini tidak boleh banyak bahkan harus sangat sedikit. Perbedaan TAT dengan TE haruslah sangat dekat, idealnya memang berimpit tapi hampir tidak mungkin. Itulah mengapa perbandingannya tidal lebih dari 0,2.
Larutan indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa. Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. (Oxtobi, dkk. 1998). Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium.
Indikator titrasi adalah suatu senyawa kimia yang ditambahkan dalam proses titrasi untuk membantu menetapkan titik akhir titrasi. Indikator akan berubah warna jika terdapat titrant berlebih. Perubahan warna ini idealnya terjadi tepat pada titik ekivalen atau sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Pembagian Indikator dalam titrasi :
1.    Indikator asam basa (Acid Base Indikators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Asidimetri dan alkalimetri.
2.    Indikator pengendapan dan adsorpsi.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi presipitimetri seperti pada argentometri.
3.    Auto indikator.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi permanganometri. 
4.    Indikator redoks
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi redoks seperti bromatometri, serimetri, iodimetri dan iodometri.
5.    Indikator Metal (Metalochromatic Indikators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi kompleksometri.
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa, diperlukan suatu larutan baku primer, yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang stabil (konsentrasinya tidak cepat berubah). Sebagian larutan baku primer dapat dipakai larutan oksalat.
Larutan baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi dari larutan lain. Dikenalnya adanya dua macam larutan baku atau zat baku yaitu:
1.        Zat baku primer adalah zat yang dipakai langsung untuk menentukan kadar atau konsentrasi  dari larutan lain.
2.        Zat baku sekunder adalah zat yang dipakai untuk menetukan konsentrasi dari larutan lain tetapi harus distandarisasikan dahulu pada larutan primer.
Zat baku primer mempunyai beberapa persyaratan yaitu, stabil (tidak mudah berubah),  mudah ditimbang, dan mudah didapat dalam bentuk yang murni. Zat baku primer asam yang biasa dipakai yaitu asam oksalat sedangkan zat baku basa yang biasa dipakai yaitu Borax (Na2B4O7.10H2O).
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa. Alkalimetri adalah penetuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam. Indikator yang digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri ini adalah indikator asam-basa. Istilah alkali diambil dari bahasa arab untuk abu. Diketahui bahwa hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi) adalah garam (Petrucci, R. H. dan Suminar, 1987).
Lakmus adalah kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa dengan ditandai perubahan warna pada kertas lakmus tersebut. Larutan bersifat asam bila lakmus biru berubah menjadi merah, dan larutan bersifat basa jika lakmus merah berubah warna menjadi biru.
Salah satu indikator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indikator universal. Indikator universal adalah indikator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14.
Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1-14. Kemudian terdapat pH meter yang tingkat ketelitiannya tinggi, serta hasilnya lebih akurat. Dari ketiga cara pengukuran pH memiliki tingkat ketelitian yang berbeda. Jika pada pengukuran pH menggunakan kertas lakmus hanya menunjukan asam atau basa saja dari perubahan warna pada kedua kertas lakmus tidak ada nilai pHnya. Sementara pada pengukuran pH menggunakan indikator universal selain menunjukan asam dan basanya juga terdapat perkiraan nilai pHnya. Pengukuran pH menggunakan pH meter tingkat ketelitiannya lebih tinggi daripada kedua cara pengukuran pH yang telah disebutkan sebelumnya, karena pH meter menggunakan elektroda yang sifatnya sensitif terhadap ion-ion dalam larutan. pH meter dapat langsung menunjukan nilai pHnya secara teliti dengan nominal yang ada di belakang koma.

Trayek pH Beberapa Indikator
Indikator
Warna
Trayek pH
Asam
Basa
Metil hijau
Kuning
Violet
0,2-1,8
Timol biru
Kuning
Biru
1,2-2,8
Metil jingga
Merah
kuning
3,2-4,4
Metil ungu
Ungu
Hijau
4,8-5,4
Bromkresol ungu
Kuning
Ungu
5,2-6,8
Bromtimol biru
kuning
Biru
6-7,6
Fenolftalein
Tidak berwarna
Merah muda
8,2-10
Kuning Alizarin
Kuning
Merah
10,1-12

Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:
1.    Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
2.    Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Percobaan yang telah dilakukan masih terdapat kesalahan baik pada hasil titrasi yang terlalu pekat warnanya maupun pada perhitungan % cuka. TAT yang didapat berwarna merah muda pekat seharusnya TAT menghasilkan warna merah muda cerah (tidak pekat), hal ini dikarenakan saat titrasi volume larutan NaOH yang dikeluarkan dari buret terlalu banyak sehingga TAT yang didapat pekat. Pada saat menguji pH Garam di kertas lakmus, lakmus tidak berubah warna yang berarti pH garam tersebut adalah netral tetapi pada saat di ukur di pH meter hasilnya adalah 7,95 pada kasus ini berarti terdapat kesalahn dalam pemakaian pH meter, yang setelah dicelupkan pada larutan basa tidak dinetralisir lagi menggunakan deionized water, atau pH meter tidak berfungsi dengan baik.
Kesimpulan :
Melalui percobaan mengenai konsep analisis kuantitatif dan pengukuran pH ini kita dapat melakukan perhitungan normalitas dan persentase dari suatu larutan, kita juga dapat mengetahui larutan asam atau basa, serta kadar pH dari suatu larutan yang diukur dengan menggunakan indikator yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Analisis Kuantitatif dan Pengukuran Ph.http://mayouame.blogspot. com/.Access:4 Desember 2012.
Anonim.2012.Larutan Buffer.http://teknikkimiakita.blogspot.com/2011/17/.Access:3 Desember 2012.
Anonim.2012.Titrasi.http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi.Access:4 Desember 2012.
Anonim.2012.Indikator.http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/27/indikator/. Access : 4 Desember 2012.
Oxtobi, D. R. (1998).Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1.Jakarta : Erlangga.
Petrucci, R. H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar (Prinsip dan terapan Modern Edisi keempat jilid 2). Jakarta : Erlangga.
Sutrisno, E.T. dan Nurminabari, I.S.2010.Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Pasundan : Bandung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar