Laporan Analisis Kuantitatif dan Pemgukuran pH
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN
pH
Oleh :
Nama
|
:
|
Tanti Oktapianti
|
NRP
|
:
|
123020025
|
Kelompok
|
:
|
A
|
No.
Meja
|
:
|
12(Dua
Belas)
|
Tanggal
Percobaan
|
:
|
1
Desember 2012
|
Asisten
|
:
|
Galuh
Permata Sari
|
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2012
ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN pH
Tanti
Oktapianti
123020025
Asisten
: Galuh Permata Sari
Tujuan Percobaan :
|
1.
Untuk
mengetahui normalitas, molaritas dan persen suatu zat larutan.
2.
Mengetahui
jenis larutan baku dan mengetahui cara membuat larutan baku.
3.
Menentukan
konsentrasi suatu zat dengan metode volumetrik yaitu asidimetri dan
alkalimetri.
4.
Mengetahui
jenis larutan indikator
|
Prinsip
Percobaan : Berdasarkan teori asam-basa Arrhenius
1.
Asam adalah zat yang menghasilkan ion
hidrogen (H+) dalam larutan.
2.
Basa adalah zat yang menghasilkan ion
hidroksida (OH-) dalam larutan.
Berdasarkan teori asam-basa
Bronsted-Lowry
1.
Asam adalah donor proton.
2.
Basa adalah akseptor proton.
Berdasarkan teori Lewis
1.
Asam adalah senyawa yang dapat menerima
pasangan elektron bebas.
2.
Basa adalah senyawa yang dapat memberi
pasangan elektron bebas.
Metode
Percobaan :
1.
Buret
cuci bersih, kemudian tambahkan 50 ml NaOH
2.
Masukkan
masing-masing larutan yang akan dianalisa ke dalam dua labu titrasi 250 ml.
A. Alkalimetri
1.
2.
3.
B. Asidimetri
1.
2.
3.
C. Pengukuran
pH
1.
Menggunakan
kertas lakmus
Masukkan
kertas lakmus ke dalam tiap sample.
Diamati perubahan warna pada lakmus.
2.
Menggunakan
indikator universal
Celupkan
indikator universal ke dalam tiap larutan. Amati warna yang terdapat pada
indikator dan cocokkan pada skala indikasi.
3.
Menggunakan
pH meter
Masukkan ujung
pH meter ke dalam larutan dan lihat skala digital pada layar pH meter.
|
Hasil
Pengamatan
Berdasarkan hasil percobaan yang
dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Alkalimetri
a)
Menentukan
konsentrasi larutan HCl oleh Na2B4OP7.10H2O
N Na2B4OP7.10H2O
= x
0,05 = x
0,05 x 100,61 = 4 gr
gr = 1,257 gram
V Na2B4OP7 = 25 ml
V NaOH = 8,65
Vb.Nb
= Vs.Vs
25 x 0,05 =
8,65 x Ns
1,25 = 8,65 Ns
Ns
= 0,1 N
b)
Menentukan
konsentrasi NaOH oleh larutan HCl
V HCl = 26 ml
V NaOH = 25 ml
NaOH = HCl
V1.N1
= V2.N2
25 x 0,1 = 26
x N2
2,5 = 26 N2
N2
= 0,1 N
c)
Menentukan
kadar asam asetat oleh larutan NaOH
% asam asetat
=
=
= 2,076 %
2. Asidimetri
a)
NaOH
dengan H2C2O4
b)
NaOH
dengan HCl
c)
NaOH
dengan CH3COOH
% cuka = x 100%
= x 100%
=
x 100%
= 0,0773 x 100%
=
7,73% cuka
3. Pengukuran
pH
|
Pembahasan
:
Titrasi
adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan di analisis.Karena pengukuran volum memainkan peranan
penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik.
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan
perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil
dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T.
Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
Metoda titrasi
dapat digolongkan dalam 3 macam penggolongan yaitu:
Penggolongan
titrasi berdasarkan cara titrasinya :
1.
Titrasi langsung : dilakukan dengan
mereaksikan langsung zat uji dengan larutan baku.
2.
Titrasi
kembali : dilakukan dengan cara penambahan sejumlah
larutan titran berlebih ke dalam larutan zat uji kemudian kelebihannya
dititrasi dengan titran yang cocok. Dilakukan untuk reaksi titrasi yang
berlangsung lambat atau tidak ada indikator yang cocok.
Penggolongan
titrasi berdasarkan jumlah sampel :
1.
Titrasi makro : jumlah sampel 100 – 1000
mg, volume titran 10 – 100 ml, ketelitian buret 0,02 ml.
2.
Titrasi semi mikro : jumlah sampel 10 –
100 mg, volume titran 1 – 10 ml, ketelitian buret 0,001 ml.
3.
Titrasi mikro : jumlah sampel 1 – 10 mg,
volume titran 0,1 – 1 ml, ketelitian buret 0,001 ml.
Penggolongan
titrasi berdasarkan reaksi kimia :
1.
Reaksi asam-basa (asidi-alkalimetri =
netralisasi) : penetapan kadar berdasarkan pada perpindahan proton dari zat
yang bersifat asam atau basa, baik dalam lingkungan air ataupun dalam
lingkungan bebas air (TBA=titrasi bebas air).
3.
Reaksi pengendapan (presipitasi) :
penetapan kadar berdasarkan terjadinya endapan yang sukar larut, contohnyaargentometri.
4.
Reaksi pembentukan kompleks : penetapan
kadar berdasarkan terjadinya pembentukan kompleks antara ion logam dengan zat
pembentuk kompleks.
Pada
proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan
warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
(TAT) adalah kondisi dimana terjadi perubahan warna dari indikator larutan.
Sedangkan Titik ekivalensi didefinisikan pada saat muncul warna merah muda yang
pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang di titrasi.
Titik
ekuivalen titrasi (TET) adalah kondisi saat larutan asam tepat bereaksi dengan
larutan basa. TET didefinisikan pada saat perubahan warna yang pertama kali
terlihat (muncul). TET lebih dahulu terbentuk daripada TAT.
TAT
adalah saat dimana indikator berubah warna, dan perubahan ini akan terjadi bila
dalam Erlenmeyer terdapat titran yang berlebih. Titran bisa berlebih karena
sample sudah tidak ada lagi (habis bereaksi) atau dengan kata lain TE sudah
tercapai. Kelebihan titran ini tidak boleh banyak bahkan harus sangat sedikit. Perbedaan
TAT dengan TE haruslah sangat dekat, idealnya memang berimpit tapi hampir tidak
mungkin. Itulah mengapa perbandingannya tidal lebih dari 0,2.
Larutan
indikator adalah larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan
tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah, larutan indikator dapat
digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan basa. Indikator adalah zat warna larut yang perubahan
warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. (Oxtobi, dkk. 1998). Dengan
indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator
juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa.
Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa
indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium.
Indikator titrasi
adalah suatu senyawa kimia yang ditambahkan dalam proses titrasi untuk membantu
menetapkan titik akhir titrasi. Indikator akan berubah warna jika terdapat
titrant berlebih. Perubahan warna ini idealnya terjadi tepat pada titik
ekivalen atau sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Pembagian
Indikator dalam titrasi :
1.
Indikator asam basa (Acid Base Indikators)
2.
Indikator pengendapan dan adsorpsi.
3.
Auto indikator.
4.
Indikator redoks
Titrasi
yang menggunakan indikator ini adalah titrasi redoks seperti
bromatometri, serimetri, iodimetri dan iodometri.
5.
Indikator Metal (Metalochromatic Indikators)
Titrasi
yang menggunakan indikator ini adalah titrasi kompleksometri.
Untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa, diperlukan suatu larutan
baku primer, yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan
biasanya berupa larutan asam atau basa yang stabil (konsentrasinya tidak cepat
berubah). Sebagian larutan baku primer dapat dipakai larutan oksalat.
Larutan
baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi dari
larutan lain. Dikenalnya adanya dua macam larutan baku atau zat baku yaitu:
1.
Zat baku primer adalah zat yang dipakai
langsung untuk menentukan kadar atau konsentrasi dari larutan lain.
2.
Zat baku sekunder adalah zat yang
dipakai untuk menetukan konsentrasi dari larutan lain tetapi harus
distandarisasikan dahulu pada larutan primer.
Zat
baku primer mempunyai beberapa persyaratan yaitu, stabil (tidak mudah
berubah), mudah ditimbang, dan mudah didapat dalam bentuk yang murni. Zat
baku primer asam yang biasa dipakai yaitu asam oksalat sedangkan zat baku basa
yang biasa dipakai yaitu Borax (Na2B4O7.10H2O).
Asidimetri
adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Alkalimetri adalah penetuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan
baku asam. Indikator yang digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri
ini adalah indikator asam-basa. Istilah alkali diambil dari bahasa arab untuk
abu. Diketahui bahwa hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi) adalah
garam (Petrucci, R. H. dan Suminar, 1987).
Lakmus
adalah kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan ke dalam
larutan asam atau basa dengan ditandai perubahan warna pada kertas lakmus
tersebut. Larutan bersifat asam bila lakmus biru berubah menjadi merah, dan
larutan bersifat basa jika lakmus merah berubah warna menjadi biru.
Salah
satu indikator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indikator
universal. Indikator universal adalah indikator yang terdiri atas berbagai
macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14.
Indikator
universal ada yang berupa larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket
indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH
1-14. Kemudian terdapat pH meter yang tingkat ketelitiannya tinggi, serta
hasilnya lebih akurat. Dari ketiga cara pengukuran pH memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda. Jika pada pengukuran pH menggunakan kertas lakmus
hanya menunjukan asam atau basa saja dari perubahan warna pada kedua kertas
lakmus tidak ada nilai pHnya. Sementara pada pengukuran pH menggunakan
indikator universal selain menunjukan asam dan basanya juga terdapat perkiraan
nilai pHnya. Pengukuran pH menggunakan pH meter tingkat ketelitiannya lebih
tinggi daripada kedua cara pengukuran pH yang telah disebutkan sebelumnya,
karena pH meter menggunakan elektroda yang sifatnya sensitif terhadap ion-ion
dalam larutan. pH meter dapat langsung menunjukan nilai pHnya secara teliti
dengan nominal yang ada di belakang koma.
Trayek pH Beberapa Indikator
Indikator
|
Warna
|
Trayek pH
|
|
Asam
|
Basa
|
||
Metil hijau
|
Kuning
|
Violet
|
0,2-1,8
|
Timol biru
|
Kuning
|
Biru
|
1,2-2,8
|
Metil jingga
|
Merah
|
kuning
|
3,2-4,4
|
Metil ungu
|
Ungu
|
Hijau
|
4,8-5,4
|
Bromkresol
ungu
|
Kuning
|
Ungu
|
5,2-6,8
|
Bromtimol biru
|
kuning
|
Biru
|
6-7,6
|
Fenolftalein
|
Tidak berwarna
|
Merah muda
|
8,2-10
|
Kuning
Alizarin
|
Kuning
|
Merah
|
10,1-12
|
Larutan
penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang
digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu
agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.
Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit
dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan
penyangga tersusun dari asam lemah
dengan basa konjugatnya atau
oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen
penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
Komponen larutan
penyangga terbagi menjadi:
1.
Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi
dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan
suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih.
Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah
yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium,
kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
2.
Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam
kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan
suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Percobaan yang
telah dilakukan masih terdapat kesalahan baik pada hasil titrasi yang terlalu
pekat warnanya maupun pada perhitungan % cuka. TAT yang didapat berwarna merah
muda pekat seharusnya TAT menghasilkan warna merah muda cerah (tidak pekat),
hal ini dikarenakan saat titrasi volume larutan NaOH yang dikeluarkan dari
buret terlalu banyak sehingga TAT yang didapat pekat. Pada saat menguji pH
Garam di kertas lakmus, lakmus tidak berubah warna yang berarti pH garam
tersebut adalah netral tetapi pada saat di ukur di pH meter hasilnya adalah
7,95 pada kasus ini berarti terdapat kesalahn dalam pemakaian pH meter, yang
setelah dicelupkan pada larutan basa tidak dinetralisir lagi menggunakan
deionized water, atau pH meter tidak berfungsi dengan baik.
Kesimpulan :
Melalui
percobaan mengenai konsep analisis kuantitatif dan pengukuran pH ini kita dapat
melakukan perhitungan normalitas dan persentase dari suatu larutan, kita juga
dapat mengetahui larutan asam atau basa, serta kadar pH dari suatu larutan yang
diukur dengan menggunakan indikator yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Analisis Kuantitatif dan Pengukuran Ph.http://mayouame.blogspot.
com/.Access:4 Desember 2012.
Anonim.2012.Larutan Buffer.http://teknikkimiakita.blogspot.com/2011/17/.Access:3
Desember 2012.
Anonim.2012.Indikator.http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/27/indikator/. Access : 4 Desember 2012.
Oxtobi, D. R.
(1998).Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid
1.Jakarta : Erlangga.
Petrucci,
R. H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar
(Prinsip dan terapan Modern Edisi keempat jilid 2). Jakarta : Erlangga.
Sutrisno,
E.T. dan Nurminabari, I.S.2010.Penuntun
Praktikum Kimia Dasar. Universitas Pasundan : Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar